BAGAIMANA JIKA MEREKA BELAJAR SECARA BERBEDA : MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MELALUI MULTIPLE INTELLIGENCES

Abstrak

Studi ini mencoba menerapkan teori Multiple Intellegences (MI), yang dicetuskan oleh Howard Gardner, di tingkat SMA. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek positif dari MI dalam pembelajaran, makalah ini merupakan paparan hasil kajian penerapan teori MI di kelas X pada materi ekosistem dan lingkungan. Teori MI memberikan kerangka bagi guru untuk mengeksplorasi gaya mengajar dan membantu guru dalam menyusun bahan pengajaran serta pengalaman belajar siswa. Alat ukur yang digunakan adalah format penilaian MI, format kesulitan belajar siswa dan pengukuran sikap. Dari hasil pengukuran sikap menunjukkan bahwa respons siswa terhadap pembelajaran menggunakan MI positif.

 

Pendahuluan

Saat ini para guru dan pengelola sekolah dihadapkan pada tantangan yang berat: bagaimana mempersiapkan siswa untuk menghadapi masyarakat global dan teknologi secara efektif. Keberagaman kemampuan siswa sebagaimana juga keberagaman kecerdasannya, hadir di ruang kelas kita. Hal ini berarti guru harus mempersiapkan pengajaran yang kompleks. Pengajaran yang kompleks bersifat komprehensif dan melibatkan tersedianya bahan-bahan pengajaran, sumber, serta instrumen penilaian.

Pendekatan-pendekatan baru dalam pembelajaran digulirkan dalam upaya untuk menyingkirkan kesulitan-kesulitan dalam pengajaran sains dan memuaskan kebutuhan siswa. Hal ini didasarkan pada teori-teori pembelajaran yang mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam individu. Salah satunya adalah teori Multiple Intelligences yang diusulkan oleh Howard Gardner tahun 1983. Teori ini bertanya : “Kita telah diberikan pengetahuan tentang otak, evolusi serta perbedaan dalam budaya, kemampuan manusia apa yang bisa kita bagi bersama?”. Dalam teorinya, Gardner memperluas ruang lingkup potensi manusia melebihi batas-batas nilai tes IQ. IQ sendiri saat ini bukan ukuran untuk sukses; hanya 20% sisanya ditentukan oleh kecerdasan emosi, social dan keberuntungan (Goleman, 1995 dalam Ozdemir, et al., 2006).

Meskipun teori Multiple Intelligences dikritik mengenai latar belakang teoritis, konseptual, empiris dan pedagogisnya oleh beberapa akademisi, namun salah satu kekuatan terbesarnya adalah memberikan kerangka bagi para guru untuk mengeksplorasi gaya mengajar dan membantu guru dalam membuat keputusan tentang cara-cara menyusun pengajaran dan pengalaman belajar siswa. Teori Howard Gardner pun membuka jalan dan kesempatan untuk penelitian dan evaluasi selanjutnya. Penelitian kuantitatif yang dilakukan di sekolah Maryland di Amerika Serikat menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan Multiple Intelligences meningkat 20% dalam ujian standardisasinya (Greenhawk, J., 1997).

Merupakan tantangan bagi para guru mencari cara-cara inovatif untuk meningkatkan pembelajaran siswa dalam konteks tersebut di atas. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis, juga berakar pada paradigma pendidikan tradisional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal. Dampaknya adalah siswa kurang berpartisipasi, dan tidak punya inisiatif serta kontribusi baik secara intelektual maupun emosional.

Menurut Wahyudi (2001) dalam www.depdiknas.go.id ada beberapa factor yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA yaitu (1) usia sekolah; (2) pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam proses KBM; dan (3) motivasi siswa. Pada tingkat SMA, pembelajaran sebaiknya focus pada pemberdayaan siswa untuk mencapai tingkatan pemahaman yang lebih tinggi atau pembelajaran yang bermakna.

Motivasi secara alami berkaitan dengan keinginan siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Namun juga berkaitan dengan alasan atau tujuan yang mendasari keterlibatan atau ketidakterlibatan mereka dalam aktifitas akademis. Meskipun siswa dapat termotivasi secara sama dalam melakukan tugas, sumber-sumber motivasinya dapat berbeda. Menurut Jere Brophy (1987) dalam ERIC Clearinghouse on Educational Management, motivasi untuk belajar merupakan kemampuan yang diperoleh “melalui pengalaman umum tapi kebanyakan dirangsang melalui pemodelan, komunikasi, dan instruksi langsung atau sosialisasi oleh yang lainnya (khususnya orang tua dan guru)”. Tujuan sekolah, kebijakan dan prosedur juga mempengaruhi iklim dan praktek-praktek di kelas untuk menguatkan atau merubah ketidaksukaan belajar siswa yang meningkat berkaitan dengan sikap dan perasaannya. Iklim kelas sangat penting karena jika siswa menganggap kelas sebagai tempat yang mendukung dimana ada rasa memiliki dan setiap orang dihargai dan dihormati, mereka cenderung akan berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran.

Teori Multiple Intelligencesnya (MI) Howard Gardner menyediakan kerangka kerja konseptual untuk merancang aktifitas kelas dengan mempertimbangkan lingkungan pembelajaran yang interaktif dan menghidupkan kelas. Buku Gardner tahun 1983, Frames of Mind, mengidentifikasi komponen-komponen pembelajaran MI, yang mengindikasikan bahwa mungkin saja menentukan profil intelektual individu dan menggunakan informasi tersebut untuk meningkatkan kesempatan pendidikan. Tabel 1 meringkaskan kedelapan kecerdasan menurut Gardner.

 

Tabel 1. Delapan Multiple Intelligences.

Linguistik

Kemampuan untuk menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan, secara efektif

Matematis-logis

Kapasitas untuk memanipulasi angka atau mengerti sistem kausal

Spasial

Kemampuan untuk berpikir dalam gambar, bentuk dan pola

Musikal

Kemampuan untuk berpikir dalam ungkapan musik, mendengar dan mengenali pola, membedakan antara suara dan menciptakan musik

Kinestetis Jasmani

Kemampuan untuk menggunakan tubuh, atau bagian tubuh, untuk memecahkan masalah, menciptakan sesuatu, atau mendramatisasikan sesuatu

Interpersonal

Kapasitas untuk memahami, berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain dan kelompok

Intrapersonal

Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menghubungkan pengalaman pribadi

Naturalis

Kemampuan untuk membedakan diantara makhluk hidup dan bersentuhan dengan lingkungan alamiah seseorang

           

Pengertian cerdas oleh masyarakat selama ini diukur secara objektif dan dapat dinyatakan dalam angka atau nilai ”IQ”. Jika angka atau nilai tersebut diperoleh di bawah nilai rata-rata maka seseorang tersebut dinyatakan kurang atau tidak cerdas. Tetapi menurut Howard Gardner, penafsiran kecerdasan seperti itu terlalu sempit. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan merupakan potensi biopsikologi untuk memproses informasi serta lebih berkaitan dengan kapasitas memecahkan masalah dan menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. 

Penelitian Gardner pada mulanya difokuskan dalam membantu siswa dengan attention deficit diorders atau siswa dengan kerusakan otak, namun kemudian para pendidik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi menemukan bahwa teori Gardner memiliki relevansi untuk pembelajaran di kelas (Amerson, 2004). Menurut Amerson (2004), ketika pengajaran menggunakan MI diimplementasikan dalam pembelajaran orang dewasa, dapat mengurangi keberpusatan pada guru, meningkatkan kontrol dan inisiatif siswa, meningkatkan otentitas pengalaman belajar dan membuat belajar lebih relevan bagi siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mencoba menerapkan teori MI di kelas Biologi. Artikel mengenai penggunaan pembelajaran MI di kelas biologi memang belum banyak ditemukan dalam literatur. Namun demikian, studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi atas kesulitan mengajarkan sains dan memenuhi kebutuhan siswa yang beragam. Studi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek positif dari MI dalam pembelajaran serta untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang akan mendorong partisipasi aktif dalam belajar.

 

 

Metode

Penelitian sederhana ini dilakukan melalui metode observasi. Subjek dalam kajian adalah siswa kelas X sebuah SMA swasta di Bandung tahun pelajaran 2002-2003. Jumlah responden semester 1 ada 69 orang sedangkan semester 2 ada 70 orang. Instrumen yang digunakan adalah skala sikap dan wawancara terhadap siswa.

            Pada awal semester 1, penulis mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Kemudian pada akhir semester satu diberikan angket pengukuran sikap terhadap pembelajaran biologi dengan menggunakan teknik diferensiasi semantik (Azwar, 2002) dengan format seperti pada Tabel 2. Responden diminta untuk memberikan respons dalam suatu kontinum. Apabila responden tidak menentukan respons atau memberikan respons yang netral, maka ia meletakkan responsnya di tengah-tengah kontinum (angka 4). Skor responden pada skala secara keseluruhan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor pada masing-masing kontinum. Kontinum psikologis pada teknik ini dibagi atas 7 bagian yang diberi angka 1 sampai 7.

Pada semester 2, pembelajaran menggunakan pendekatan MI. Sebelumnya, siswa mengisi checklist penilaian MI dan kesulitan belajar untuk menilai kecerdasan majemuk mereka (Armstrong, 2000). Di akhir semester, siswa kembali diminta mengisi angket ranah afektif dengan menggunakan teknik yang sama pada semester 1.

 

Tabel 2. Pengukuran sikap menggunakan teknik diferensiasi semantik (Azwar, 2002).

Menyenangkan

+——+——+——+——+——+——+——+

Tidak menyenangkan

Bermanfaat

+——+——+——+——+——+——+——+

Tidak bermanfaat

Menarik

+——+——+——+——+——+——+——+

Tidak menarik

Perlu dipelajari

+——+——+——+——+——+——+——+

Tidak perlu dipelajari

Menantang

+——+——+——+——+——+——+——+

Tidak menantang

Perlu dikembangkan

+——+——+——+——+——+——+——+

      7       6       5       4       3        2       1

Tidak perlu dikembangkan

 

            Cara penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan belajar siswa pada penelitian ini disesuaikan dengan metode pengajaran yang diberikan. Teori MI menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes standar atau tes yang didasarkan pada norma formal, tetapi lebih banyak didasarkan pada penilaian otentik yang mengacu pada kriteria tertentu (Armstrong, 2000). Penilaian otentik meliputi bermacam-macam instrumen, ukuran dan metode. Prasyarat terpenting penilaian otentik adalah observasi. Komponen terpenting berikutnya dalam penerapan penilaian otentik adalah pendokumentasian hasil karya siswa dan proses pemecahan masalah yang dijalaninya.

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

 

            Hasil dari pengukuran sikap dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Pada siswa ditanyakan apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan MI menyenangkan, bermanfaat, menarik, perlu dipelajari, menantang dan perlu dikembangkan.

 

 Tabel 3. Jumlah skor pada masing-masing kontinum semester 1 (69 responden).

 

PEMBELAJARAN BIOLOGI SEMESTER 1

 

Menyenangkan

      0      29               34     29      0

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak menyenangkan

 

Bermanfaat

      28      33              6                1       0

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak bermanfaat

 

Menarik

     7        20     7       31       2      1

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak menarik

 

Perlu dipelajari

              35    26        6       1       0

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak perlu dipelajari

 

Menantang

               7      12      40      5      2        1

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak menantang

 

Perlu dikembangkan

             36      23     9        1       0

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak perlu dikembangkan

 

Tabel 4. Jumlah skor pada masing-masing kontinum semester 2 (70 responden).

 

PEMBELAJARAN BIOLOGI SEMESTER 2

 

Menyenangkan

      11     28               23     4      4

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak menyenangkan

 

Bermanfaat

      37     17              13      2       1

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak bermanfaat

 

Menarik

     14     30               18      2       1        0

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak menarik

 

Perlu dipelajari

     33     20      2       10      4       1       0

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak perlu dipelajari

 

Menantang

              14     15      25      6       9

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak menantang

 

Perlu dikembangkan

      32    20       3     10       4       1

+——+——+——+——+——+——+——+

 

Tidak perlu dikembangkan

 

            Dari tabel penjumlahan skor pengukuran sikap diketahui bahwa jumlah responden yang mendekati ke tengah kontinum pada semester 1 lebih banyak dibanding pada semester 2, yang berarti semakin mendekati ke tengah kontinum maka arah sikap semakin kurang jelas serta intensitasnya berkurang. Menurut Osgood (1975) dalam Azwar (2002), sikap merupakan tendensi-tendensi untuk mendekati atau menghindari, menerima atau menolak atau untuk menilai sesuatu sebagai favorabel atau tak favorabel. Dalam pengukuran sikap ini terlihat, bahwa responden menganggap pembelajaran menggunakan MI menyenangkan, bermanfaat, menarik, perlu dipelajari dan perlu dikembangkan karena responsnya berada di posisi paling ujung kiri. Apabila responden melihat pembelajaran biologi semester 2 sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, tidak menarik atau tidak menantang, maka penempatan responsnya ada pada posisi nomor 2 atau nomor 3 dari kanan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan observasi, pembelajaran menggunakan pendekatan MI menghasilkan beberapa respon siswa yang dirangkum di bawah ini.

 

Respon Siswa : Saya Belajar Paling Baik Ketika Guru Menerangkan. Kecerdasan verbal/linguistik belajar melalui berkata, mendengar atau menulis kata-kata. Strategi belajar termasuk mencatat, menggunakan permainan kata-kata, bercerita, dan menulis jurnal. Presentasi Powerpoint dengan soal isian membantu siswa belajar dengan kecerdasan ini.

 

Respon Siswa: Matematika Sangat Mudah Bagi Saya. Siswa dengan kecerdasan matematis logis belajar paling baik dengan mengkategorikan, mengklasifikasikan, menjumlahkan, pemecahan masalah, dan bekerja dengan pola-pola abstrak atau hubungan. Di kelas biologi, guru meminta siswa menghitung kepadatan populasi (materi Ekosistem), mengklasifikasikan Sumber Daya Alam dan mengkalkulasi penggunaan air dan listrik sekolah (materi Sumber Daya Alam).

 

Respon siswa: Saya Harus Melihatnya Sendiri Agar Mudah Mengingat. Kecerdasan visual/spasial lebih suka gambar, warna, memvisualkan sesuatu dan menggunakan mata pikiran. Presentasi Powerpoint dapat ditingkatkan melalui penggunaan warna atau gambar yang menarik secara visual. Peta konsep merupakan media yang baik untuk membantu pelajar visual memahami hubungan antara proses siklus materi.

 

Respon siswa: Saya Harus Melakukan Cara-caranya Jika Saya Benar-benar Ingin Mempelajarinya. Kecerdasan kinestetik jasmani pengalaman belajarnya dengan menyentuh, bergerak, dramatisasi, dan memproses pengetahuan melalui sensasi tubuh. Konsep diperkenalkan kepada pelajar kinestetik dengan menghubungkan gerakan dengan kata-kata kunci. Dalam mengajarkan tentang siklus materi dan rantai makanan, misalnya, guru membentuk kelompok dengan memberikan kata-kata kunci dalam kartu  – siapa, kegiatan, dan apa yang dihasilkan. Sambil lalu, strategi pengajaran ini menguntungkan pelajar kinestetik dan visual pada waktu bersamaan. Bermain peran dan demonstrasi secara tradisional telah menjadi metode pengajaran bagi pelajar kinestetik.

 

Respon Siswa: Saya Suka Mendengarkan Musik Ketika Saya Belajar. Mendengarkan irama dan melodi, bernyanyi, serta menggubah musik membantu pembelajaran bagi kecerdasan musikal. Meskipun biasanya musik tidak dipertimbangkan sebagai bagian dari kelas biologi, aktifitas yang memasukkan musik klasik menunjukkan bahwa kesadaran spasial meningkat, konsentrasi meningkat, dan memperbaiki keterampilan membaca serta bahasa (Campbell & Hetland, 2000).

            Siswa yang cerdas musikal menghasilkan lirik atau gubahan lagu untuk menghafalkan simbiosis dan pencemaran lingkungan.

 

Respon Siswa: Saya Senang Belajar Dalam Kelompok.  Berbagi, membandingkan, wawancara, mendengarkan, dan berinteraksi dengan orang lain merupakan keterampilan alamiah bagi kecerdasan interpersonal. Siswa seperti ini menikmati bekerja dalam kelompok dan memperoleh manfaat besar dari mengajarkan kepada teman atau memimpin teman sebaya.

 

Respon Siswa: Saya Belajar Paling Baik Ketika Bekerja Sendiri. Siswa dengan kecerdasan interpersonal cenderung bekerja secara mandiri, mengamati kegiatan orang lain, menggunakan refleksi, dan menyelesaikan proyek sendiri. Ketika guru berceramah, membiarkan siswa membaca suatu bacaan dari buku secara mandiri lalu kemudian menulis ringkasan pentingnya menggali kekuatan pelajar intrapersonal. Karena pelajar ini cenderung termotivasi sendiri, penting bagi guru untuk memperhatikan porsi pemberikan tugas atau proyek. Pelajar intrapersonal mudah menilai diri sendiri, tujuan, kekuatan dan kelemahannya.

 

Respon Siswa: Saya Lebih Suka Belajar di Luar. Kecerdasan naturalis unggul jika bekerja dengan alam, mengeksplorasi makhluk hidup, dan belajar tentang tumbuhan serta peristiwa-peristiwa alamiah. Guru yang kreatif dapat memberikan lingkungan belajar yang merangsang meliputi hands-on field trips dan aktifitas yang melibatkan pengamatan alam.

            Mengajarkan materi ekosistem lebih cocok jika siswa dibawa langsung ke luar kelas (lingkungan). Baik lingkungan fisik dan aktifitas fisik berperan penting dalam proses pembelajaran bagi yang cerdas naturalis.

 

Respon Guru: Apakah Konsep Multiple Intelligences Dapat Digabungkan Ke Dalam Pembelajaran Di Kelas?

Ya, dengan pikiran terbuka dan keinginan untuk mengurangi pendekatan secara tradisional, bisa dilakukan. Penerapan konsep ini memerlukan kerjasama dengan guru-guru lain dan perencanaan yang matang. Karena penilaian dalam MI lebih ditekankan pada observasi, maka membuat kriteria untuk menilai suatu aktifitas tertentu perlu pengalaman dan diskusi dengan ahlinya.

            Beberapa pernyataan di bawah ini merupakan rangkuman dari hasil pengamatan penulis dalam menerapkan teori MI di kelas biologi : 

  • Siswa menerima informasi melalui cara yang sesuai dengan cara belajarnya. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan hasil belajarnya dengan cara kekuatan/kelebihan yang dimilikinya dapat meningkatkan motivasi, mengurangi stress dan meningkatkan hasil kinerja.
  • Salah satu jenis pengalaman belajar adalah menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan diberi problem solving yang menantang dan berkaitan dengan dunia nyata. Dalam kelompok, tugas siswa disusun sekitar konsep-konsep sentral yang dapat dipelajari dengan cara berbeda dan membutuhkan berbagai macam kemampuan.
  • Siswa sebaiknya diberikan pilihan-pilihan dan didorong untuk mengekspresikan emosinya serta mendengarkan perasaan orang lain. Siswa sebaiknya diberi tantangan untuk mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban yang masuk akal. Games, simulasi, bermain peran, field trip, tarian, seni dan musik sebaiknya dimasukkan ke dalam kurikulum dan didukung secara finansial oleh komunitas sekolah.

 

Kesimpulan

            Teori Multiple Intelligences memberi kesan bahwa dua kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan linguistik dan matematis-logis telah mendominasi sekolah selama ini. Padahal tidak semua siswa memiliki kecerdasan yang sama. Dari perspektif pencetusnya, teori MI dapat digunakan untuk memenuhi tiga visi: (1) mencocokkan pengajaran dengan cara siswa belajar; (2) mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dan membangun seluruh potensi kecerdasannya semaksimal mungkin, dan (3) menghargai keragaman. Para pendidik saat ini perlu lebih memperluas strategi pengajaran dan asesmennya agar dapat mengakomodasi kecerdasan lain yang dimiliki oleh siswa.

Pembelajaran biologi menggunakan pendekatan MI memberikan dampak positif bagi perkembangan belajar siswa. Siswa terlihat lebih gembira dan aktif dalam belajar. Dengan merancang pembelajaran interaktif yang mempertimbangkan kecerdasan dan gaya belajar siswa maka diharapkan ceramah guru dapat lebih hidup dan membuat siswa lebih senang belajar. Pembelajaran menggunakan pendekatan MI mendapat tanggapan positif dari siswa.

            Setiap individu memiliki satu atau dua jenis kecerdasan, maka akan banyak cara-cara inovatif untuk mengajarkan sebuah mata pelajaran. Mengembangkan kecerdasan siswa perlu sarana dan kreatifitas guru.

            Pengukuran sikap atau penilaian untuk afeksi tidak semudah mengukur kognisi. Penilaian afeksi seringkali menghadapi kesulitan karena berkaitan dengan masalah nilai, sikap, motivasi dan minat yang hanya diketahui persis oleh orang yang bersangkutan.

 

Saran

 

  1. Pembelajaran dengan MI dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru dalam  mengajarkan konsep ekologi dengan menyempurnakan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini.
  2. Perangkat instrumen untuk pembelajaran MI perlu diperbaiki terutama dari segi reliabilitas dan analisis item sikap mana yang paling efektif.
  3. Penelitian yang lebih terkontrol dapat dilanjutkan untuk mengetahui bagaimana dampak pembelajaran MI terhadap kognitif siswa.

           

Daftar Pustaka

 

Amerson, R. (2004). ”Energizing The Nursing Lecture: Application of The

Theory of Multiple Intelligences Learning.  Nursing Education

Perspective. Tersedia online : [http://www.library.uq.edu.au]

 

Anonim. (1999). Penelitian Tindakan (Action Research). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jakarta.

 

Armstrong, T. (2000). Sekolah Para Juara. Bandung: Penerbit Kaifa.

 

Azwar, S. (2002). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

 

Bagod, S. & S. Laila. (2002). Biologi Sains dalam Kehidupan. Kelas 1 SMA.

Jakarta: Yudhistira.

 

Campbell, L., B. Campbell & D. Dickinson. (2002). Metode Terbaru

Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press.

 

DePorter, B. & M. Hernacki. (1999). Quantum Learning. Bandung: Penerbit

Kaifa.

 

Gardner, H. (1983). Frames of Mind. New York: Basic Books.

 

Greenhawk, J. (1997). “Multiple Intelligences Meet Standards”. Educational

Leadership. (September) 62-66.

 

Jasmine, J. (2001). Teaching with Multiple Intelligences. California: Teacher

Created Materials.

Meier. D. (2002). The Accelerated Learning Handbook (terjemahan). New

            York: McGraw-Hill.

 

Mulyana, R. (2004). Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

 

Ozdemir, P., S. Guneysu. Dan C. Tekkaya. (2006). ”Enhancing learning through multiple intelligences.” Journal of Biological Education Vol 40, 2. Tersedia online: [http://www.library.uq.edu.au]

 

 

Special thanks to:

Bapak Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., for his support: “a small step can make a big change”.

 

  

Lampiran. Contoh Format Perencanaan Pembelajaran Dengan MI.

PELAJARAN KE-3

 

Pertanyaan Bab Secara Keseluruhan : Bagaimana hubungan kegiatan

manusia dengan masalah perusakan dan pemeliharaan lingkungan ?

 

Kompetensi Dasar : Mengkaitkan hubungan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan pemeliharaan lingkungan.

 

Tujuan Performan : Menjelaskan tentang berbagai pencemaran lingkungan dan dampak yang ditimbulkannya

 

Pertanyaan Pelajaran : Apa yang dimaksud dengan pencemaran/polusi, ada berapa macam polusi dan dampak apa saja yang ditimbulkan akibat polusi?

 

A. Set

Bacakan puisi tentang “Bumi Yang Semakin Renta”. Tampilkan gambar bola bumi yang “tercemar”. Kemudian brainstorming secara singkat di papan tulis. Minta siswa menyebutkan apakah istilah tertentu yang disebutkan guru termasuk dampak dari pencemaran tanah, air atau udara.

 

B. Tugas Belajar

(Kinestetis, Interpersonal, Linguistik)

Aktifitas “Kelompok orang baru – Ahli”. 1. Beri masing-masing siswa sebuah tiket dengan kategori berikut

 1 - A      1 - B     1 - C     1 - D
 
 2 - A      2 - B     2 - C     2 - D
 
 3 - A      3 - B     3 - C     3 - D
 
 4 - A      4 - B     4 - C     4 - D
 
 5 - A      5 - B     5 - C     5 - D 
 
 6 - A      6 - B     6 - C     6 - D 
 

Angka mewakili orang baru, dan huruf mewakili yang akan menjadi kelompok ahli

2. Semua yang mempunyai angka 1 kumpul bersama, begitu juga angka 2, 3 dan       4. Ini adalah kelompok orang baru untuk mencari jawaban dari pertanyaan dalam lembar di bawah.

3. Setelah pencarian dicatat, siswa akan melihat tiket untuk mengetahui ia bergabung dengan “kelompok Ahli” yang mana.

4. Semua yang berhuruf A gabung bersama, B, C, dan D begitu juga.

5. Kemudian, dalam kelompok Ahli (huruf), setiap siswa akan mengajarkan anggota lainnya  dari kelompok huruf yang sama apa yang telah dipelajari di kelompok orang baru. Setiap siswa diberikan kopian dari lembar pencarian-catatan di bawah ini.

 

Pencarian Kelompok Orang baru – Ahli Untuk Pencemaran Lingkungan

 

Nama: ____________________________________________

Date: __________________

 

 

 

Simpan lembar aktifitas ini untuk pengulangan di waktu lain tentang pencemaran lingkungan. Anda akan bertanggung jawab dalam mengumpulkan jawaban terhadap satu pertanyaan dengan kelompok orang baru dan berbagi jawaban dengan yang lain di kelompok ahli. Saat ahli berbagi, pastikan kalian mencatat semua poin kunci di bawah pertanyaan yang disediakan

 

 

Kelompok 1: Tuliskan bahan-bahan polutan udara dan dampaknya

 

 

 

 

Kelompok 2 :Tuliskan bahan-bahan polutan air dan dampaknya

 

 

 

 

Kelompok 3 : Tuliskan bahan-bahan polutan tanah dan dampaknya

 

 

 

 

Kelompok 4 : Tuliskan polutan berasala dari logam berat dan dampaknya

 

 

 

 

Kelompok 5 : Tuliskan polutan berupa pestisida dan dampaknya

 

 

 

 

Kelompok 6 : Tuliskan polutan radiasi dan dampaknya

 

 Setelah menuliskan jawaban di kelompok awal, kalian ditugaskan berbagi jawaban di kelompok ahli. Masing-masing siswa bergiliran menerangkan dan yang lain mencatat. Di akhir pertemuan dengan kelompok ahli, setiap pertanyaan akan dijawab di lembar review

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran. Contoh Rencana Pembelajaran Menggunakan MI.

4 thoughts on “BAGAIMANA JIKA MEREKA BELAJAR SECARA BERBEDA : MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MELALUI MULTIPLE INTELLIGENCES

  1. anisa says:

    saya sedang melakukan pendekatan MI pada siswa saya di kelas X di SMA Negeri 2 Purwakarta. ada 9 kelas. semua siswa di 9 kelas tersebut telah saya tes MI, dan hanya 7 kecerdasan yang saya ujikan (naturalis tidak). dan masing2 sudah saya kelompokkan.

    dari 9 kelas, 3 kelas adalah control (pendekatan dng cara ceramah, diskusi, dan penggunakan power point), sisanya dengan perlakuan berbeda2 sesuai dgn karakter kelasnya masing2

    hei…,
    the kids are so happy by studying using this method. no body get sleepy in my class again… 🙂

    • Rika Sukmana says:

      Glad to hear it :-). I think, as a teacher we should use multi methods in delivering knowledge.
      So keep on exploring, mam !

Leave a reply to allaboutmi Cancel reply