Mengintegrasikan Kurikulum

Kurikulum baru sudah di ambang pintu.

Seperti apa wujudnya, belum banyak yang tahu.

Begitu juga diriku… 🙂

Anyway, mau kurikulum berubah atau tidak, guru tetap harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tahun ajaran baru. Katanya, inti kurikulum 2013 adalah tematik-integratif. Terlepas dari pro dan kontra mengenai kurikulum 2013, saya tertarik dengan kata tematik-integratif. Seperti apa mengintegrasikan kurikulum? Sepertinya tidak mudah untuk memadukan, apalagi lintas antar mata pelajaran.  Jadi teringat buku Robin Fogarty yang dulu pernah diberi oleh dosen saat kuliah. Judulnya “How to Integrate The Curricula”.

Menurut buku tersebut ada 10 Model atau cara dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh model tersebut yaitu: 1) fragmented, 2) connected, 3) nested, 4) sequenced, 5) shared, 6) webbed, 7) threaded, 8) integrated, 9) immersed, dan 10) networked.

Model 1, 2 dan 3 pemaduannya ada dalam satu mata pelajaran saja. Sedangkan model nomor 4 sampai dengan 8 pemaduan antar mata pelajaran yang berbeda secara parallel. Dan model nomor 9 – 10 dirancang untuk membantu siswa dalam memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan.

Menurut hasil pengkajian tim pengembang PGSD (1997),  terdapat 3 model yang nampaknya paling cocok diterapkan di sekolah dasar negeri ini, yaitu  model connected, model webbed, dan model integrated. Oleh karena itu, saya tidak akan meringkas kesepuluh model tersebut di atas. Saya hanya akan meringkas model 1-8 saja. Di bawah ini dipaparkan kedelapan model disertai  beberapa contoh yang saya coba rangkum berdasarkan pengertian dari setiap model.

1) Fragmented Model atau model penggalan.

Model ini dicirikan dengan pemaduan di dalam satu mata pelajaran. Contoh:
Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, materi tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, masing-masing dilaksanakan secara terpisah pada waktu yang berbeda-beda. Dalam pelajaran Biologi, misalnya tentang struktur dan fungsi organel sel, mekanisme transport antar membrane, dan pembelahan sel dipadukan dalam materi pembelajaran sel.
Untuk memahami model ini, perhatikan ilustrasi di bawah ini:

fragmented

2) Connected Model atau model keterhubungan.

Model ini didasari anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Misalnya, di SMP atau SMA, guru Biologi menghubungkan materi tentang pembelahan sel gamet (meiosis) dengan materi spermatogenesis atau oogenesis. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk penguasaan mengenai konsep pembelahan sel gamet. Namun penguasaan mengenai konsep pembelahan sel secara utuh tersebut tidak berlangsung otomatis. Guru sebaiknya menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu. Ilustrasinya seperti ini:

connected

3) Nested Model atau model sarang

Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan (keterampilan berpikir, social dan mengorganisir) melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru Biologi merancang pembelajaran system sirkulasi darah dengan target mencapai pemahaman sebab dan akibat (keterampilan berpikir). Selain itu keterampilan social seperti bekerjasama dalam bekerja kelompok. Juga mendesain flow-chart (bagan alur) merupakan keterampilan mengorganisasi selama belajar system sirkulasi darah. Tanda keterampilan tersebut dikuasai yaitu siswa dapat menjelaskan sebab akibat dari suatu penyakit/kelainan pada system sirkulasi darah. Untuk memahami model ini lihat gambar berikut:

nested

4) Sequenced Model (urutan/rangkaian)

Model ini memadukan topic-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara parallel. Contoh, dalam draft Kompetensi Dasar Kurikulum 2013, untuk mata pelajaran Biologi tentang membuat produk daur ulang limbah (KD 4.16 Membuat produk daur ulang limbah yang dapat bermanfaat bagi kehidupan) dapat diajarkan berurutan dengan pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yaitu memproduksi karya kerajinan dari limbah tekstil dengan berbagai teknik potong, rekat dan sambung (lihat mapel Prakarya dan Kewirausahaan KD 4.2 kelas X, Kurikulum 2013). Ilustrasinya:

sequenced

5) Shared Model (bagian)

Bentuk pemaduan pembelajaran model ini akibat adanya overlapping konsep atau gagasan pada dua mata pelajaran atau lebih. Masing-masing guru bertanya, misalnya: “Konsep apa pada sub bab ini yang juga ada pada mapel lain?”, “Apakah kita mengajarkan keterampilan yang sama?”, dan sebagainya. Butir pembelajaran tentang berperilaku Ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, kerjasama, dll) pada mapel Biologi, ada juga pada mapel Fisika dan Kimia (pada draft kurikulum 2013) sehingga menurut saya memiliki keterampilan yang sama untuk diajarkan. Ilustrasinya:

shared

6) Webbed Model (Model jaring laba-laba)

Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Model jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum merupakan pendekatan tim yang membutuhkan waktu untuk merancangnya. Misalnya tema yang akan diajarkan adalah tentang perubahan. Di dalam mapel Matematika, perubahan berhubungan dengan persamaan aljabar (rasio, grafik, statistic). Dalam IPA, perubahan berhubungan dengan adaptasi hewan terhadap lingkungannya pada periode waktu tertentu. Dalam IPS, perubahan berkaitan dengan Revolusi Industri (penemuan, populasi, lingkungan). Ilustrasinya:webbed

7) Threaded Model (model galur)

Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian- kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum. Ilustrasinya:

threaded

8) Integrated Model (model keterpaduan)

Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topic dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topic tertentu. Contoh, dalam teks membaca yang merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Namun diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD. Ilustrasinya:

integrated

(bersambung…)

Reading resources:

– Fogarty, Robin. 1991. “The Mindful School – How To Integrate The Curricula.  IRI/Skylight Publishing.

– Kemendikbud. 2013. Kompetensi Dasar SMA/MA/SMK.

– Resmini, Novi. Model-model Pembelajaran Terpadu. Universitas Pendidikan Indonesia.

– Tim Pengembang PGSD. 1997. Pembelajaran Terpadu D-II dan S-II Pendidikan Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti, Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.